Friday 19 May 2017

CINTA TANAH AIR



Negara kesatuan Republik Indonesia dilahirkan oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air dan bangsa. Kalau tidak, mungkin saat ini kita bangsa indonesia masih dijajah oleh Belanda yang luas negaranya lebih kecil dari Pukau Bali. Kita harus sangat berterimakasih kepada tokoh yang mencetuskan pembentukan organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, para pencetus Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dan para tokoh yang memungkinkan terjadinya Proklamasi 17 Agustus 1945. Mereka adalah contoh paling pas untuk dijadikan tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cinta pada tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri. Mereka layak kita hormati sepanjang masa. Bagaimana dengan sat ini, masih adakah diantara kita yang mencintai tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada dirinya ? Apakah masih ada perlunya mencintai tanah air dan bangsa ? Apakah masih relevan kita mencintai tanah air dan bangsa pada zaman globalisasi ini ? Pertanyaan itu muncul karna kita melihat contoh banyak pejabat negara “yang terhormat” malah berlomba korupsi makan uang rakyat. Dalam kasus lain kita juga banyak menyaksikan tauran antarwarga yang notabenenya adalah “saudara” sebangsa tanah air. Kasus terbaru yang sedang tren adalah banyak “tokoh” yang dengan bangga meninggalkan Indonesia untuk berlindung dari kejaran hukum negara kita yang akan menjeratnya karna kasus korupsi dan pencucian uang. Belum lagi masalah Penegakan Hukum Indonesia yang Runcing keatas dan tumpul kebawah. Sungguh keadaan yang sangat memilukan bahkan memalukan.
Pada hakikatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Pada keadaan yang amburadul saat ini apa yang bisa dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia ?
Generasi “ founding fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa, yang pada akhirnya berhasil memerdekakan Bangsa Indonesia. Kalau saja rasa cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi bangsa Indonesia, ada kemungkinan Bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita sebagai bangsa.
Bung Karno dulu sering menceritakan kebesaran kerajaan Majapahit untuk memotivasi Bangsa Indonesia bahwa dulu kita adalah negara yang besar, dengan kekuatan armada lautnya bisa menguasai seluruh Nusantara, termasuk Singapura, Malaysia, madagaskar,hingga selatan Taiwan. Bahkan menurut sejarah, dulu Singapura itu namanya Tamasek, dan yang memberi nama itu adalah patih Gajahmada. Oleh Reffles ebtah karna apa diganti menjadi Singapore.
Bagaimanapun, Indonesia adalah tanah air bangsa kita. Kita wajib mencintainya dengan segala kekurangannya. Sungguh sayang apabila NKRI yang sudah diwariskan kepada kita dengan banyak pengorbanan darah dan air mata dari “founding fathers” ini tidak kita cintai untuk dijadikan negara dan bangsa yang maju dengan masyarakatnya yang adil, makmur dan sejahtera.
Semoga pada suatu saat nanti ada pemimpin setaraf Bung Karno dalam hal membangkitkan kecintaan kita pada tanah air dan bangsa, sehingga seluruh komponen bangsa dengan sungguh-sungguh mau bekerja demi kejayaan Indonesia. Dengan demikian harapan dari WS Rendra seperti yang dikatan pada pengukuhannya saat mendapat gelar Doctor HC, zaman kalabendu (zman malapetaka) saat ini segera akan digantikan dengan zaman kalasuba (zaman sukaria) tanpa harus menunggu kedatangan Ratu Adil.


#Buku Pendidikan Kewarganegaraan EKSIS

No comments:
Write comments